top of page
Writer's pictureAdrian Tambunan

Apa saja pilihan karir dokter umum ya?

Hai teman-teman,


Kali ini saya akan menulis beberapa kesempatan kerja bagi teman-teman yang baru lulus kedokteran, saya harap tulisan bisa ini menjadi ladang diskusi dan juga bisa membantu memberikan sudut pandang baru mengenai kesempatan kerja dan masa depan seorang dokter, baik yang klasik dan ramai peminat maupun yang jarang peminatnya. Ayo kita mulai!

A doctor surrounded by mind bubbles regarding job options
Mikirrr....

Pertama, kita bahas perihal internship dulu, meskipun program wajib kerja atau internship awalnya mendapat perlawanan dari berbagai pihak, sekarang bisa dikatakan programnya semakin baik, dari adanya kenaikan gaji (saat zaman saya hanya 1.2 jt per bulan) hingga kesejahteraan yang lebih diperhatikan. Ini saya dengar dari pengalaman junior saya, kalau dulu bahkan akomodasi dan transportasi rasanya seperti kami langsung dilepas begitu saja, maklum kami generasi pertama yang menjalaninya, regulasinya belum ketat. Bahkan ada tempat yang meminta dokternya membawa ambulans, padahal pengemudi ambulans harus ada pelatihannya sendiri, tidak bisa sembarang orang.


Dengan adanya internship, diharapkan dokter-dokter yang sudah lebih dahulu menjalani lika-liku dunia kerja jadi lebih siap menghadapinya di kemudian hari.


Nah, sudah lulus internship? Bebas mau kemana aja nih? Selanjutnya ngapain ya. Ada banyak pilihan nih, coba saya rangkum:

  1. Jadi dokter umum di Rumah Sakit

  2. Buka praktik pribadi

  3. Melanjutkan ke jenjang spesialis

  4. Mencoba PNS sebagai dokter umum

  5. Menjadi dokter di daerah terpencil melalui program Kementerian Kesehatan

  6. Menjadi dokter di perusahaan


Kita telaah satu-satu ya, pertama adalah menjadi dokter umum di RS. Ini cukup umum ya, biasanya semakin muda dokternya akan cenderung ditempatkan di IGD. Karena di IGD perlu tindakan segera dan pengambilan keputusan yang cepat. Kalau RS-nya ramai, beberapa teman hampir menyamakannya dengan Co-Ass kedua, karena merasakan jaga malam lagi dan adanya sistem shift. Kelebihannya ya semakin ramai pasiennya semakin banyak rezeki ya. Beberapa teman saya bekerja di RS sambilan mencoba PPDS, jadi ini bisa dijadikan pilihan ya, apalagi kalau RS-nya tidak mengikat dengan kontrak jangka panjang.


Kedua membuka praktik pribadi. Saran saya, kalau ada tanah dengan lokasi yang tepat, serta belum ada klinik faskes BPJS di dekat rumah, ini bisa dipraktikkan dan terbukti menguntungkan. Tapi kalau tidak BPJS, pertimbangkan tantangannya ya saingan dengan dokter senior yang sudah lama praktik atau malah RS di sekitaran lokasi, sekarang dokter semakin banyak, jadi harus ulet kalau ingin bersaing dengan dokter lain dalam menggapai pasien. Pilihan ini hanya saya sarankan seandainya sudah memiliki tanah di lokasi yang belum ada faskes BPJS nya.


Ketiga mengikuti PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis). Ini klasik dan memang menjadi target banyak dokter umum ya. Terbukti bahkan dengan seleksi yang ketat serta dengan hebohnya fenomena bullying yang terjadi tetap diminati oleh rekan-rekan sesama dokter. Tantangannya harus siapin biaya untuk SPP dan keperluan lain-lain (jadi modal harus lumayan ya). Meskipun sudah ada kampus yang menggaji PPDS, tapi di Sumatera Utara saya belum merasakannya, jadi saya tidak bisa berkomentar banyak.

Doctor looking at a microscope
Momen ketika menjalani PPDS

Pilihan PPDS ini biasanya memerlukan 3 hal, modal, koneksi, dan mental. Modal sudah jelas untuk SPP dan pengeluaran lainnya, sangat sulit punya pekerjaan sampingan saat menjalani PPDS, apalagi masih junior. Salah satu cara mengakalinya ya dengan menjadi PNS dahulu kemudiuan mengajukan TUBEL (Tugas Belajar), jadi SPP dibayarkan oleh pemerintah. Koneksi diperlukan untuk permintaan surat rekomendasi, ini bisa didapat seandainya saat pendidikan S1 kita cukup aktif bersosialisasi dengan senior dan konsultan. Kalau belum ada, bisa dengan magang dahulu dengan konsultan, atau minimal tanya-tanya dahulu ke senior yang sudah dahulu masuk. Sebab perlu kisi-kisi apa yang perlu dipelajari juga untuk persiapan wawancara nanti seandainya lulus seleksi berkas. Terakhir, mental ya, anggaplah kembali ke masa Co-Ass, harus kembali jaga shift dan bolak-balik ke RS. Memang akan ada oknum yang bullying, tapi harusnya tidak seekstrim yang di berita. Seandainya berlebihan, saya saran laporkan ke hotline kemenkes.


Keempat adalah menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Tantangannya tentunya tes CPNS yang memang terkenal berat dengan peminatnya ribuan. Hebatnya saat teman-teman saya dari USU mencoba, bisa hampir semua diterima, konon mereka belajarnya keras banget untuk persiapan ujiannya saat itu. Kelebihan PNS ya jaminan yang diberikan ya, dari gaji, tunjangan, fasilitas, pensiun. Dan tentunya jika tertarik untuk mengambil spesialis bisa setelah bekerja selama beberapa tahun.


Kelima adalah mengikuti program Kemenkes untuk menjadi dokter di daerah terpencil. Ini dulu namanya PTT, kemudian menjadi Nusantara Sehat, sekarang dari informasi saya ada namanya penugasan khusus. Tantangannya harus siap jauh dari keluarga dan kampung halaman, fasilitas terbatas, say goodbye ke mall, cafe, dan internet kencang. Kelebihannya ya insentif yang cukup besar, tergantung daerahnya, setahu saya minimal bisa dapat 10jt sebulan, angka yang hanya bisa didapat kalau seorang dokter umum banting tulang setiap hari. Kebetulan saya menemukan link-nya: Sistem Informasi Penugasan Khusus (kemkes.go.id). Saya harap bagi yang berminat bisa mencari tahu lebih jauh di situs kemenkes tersebut.


Keenam, menjadi dokter di perusahaan, bisa swasta ataupun BUMN. Saya tidak bisa berkomentar banyak untuk BUMN karena saya belum pernah mencoba sendiri, tapi saat saya bekerja di perusahaan swasta, saya beberapa kali berkomunikasi dengan dokter dari Pertamina. Biasanya ini lebih berkutat di K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan diutamakan kalau sudah mengambil sertifikasi HIPERKES, ACLS dan ATLS menjadi nilai plus.


Tergantung perusahaannya, apakah tipe yang standby di satu tempat (seperti pabrik, tambang, dokter klinik di kantor), ataukah yang rotasi bepergian ke perusahaan-perusahaan yang bekerjasama. Murni dari pengalaman pribadi saya di International SOS (PT. Asih Eka Abadi) di Jakarta Selatan, saya mendapat kesempatan menjadi dokter yang berpindah-pindah tempat ke beberapa klien mereka di penjuru tanah air. Dari Batam, Purwakarta, Sangatta, Madura, Bali, bahkan sampai ke Singapura dengan kapal. Tantangannya ya jarang pulang kampung dan bertemu keluarga. Tapi kelebihannya jadi banyak pengalaman unik mengenal dunia kerja di perusahaan-perusahaan asing.

Untuk sekedar referensi dan membantu teman-teman, berikut beberapa perusahaan yang sering membuka lowongan dokter perusahaan beserta link lowongannya:

A doctor standing in front of a sea plane
Momen menjadi Dokter Pulau

Selain beberapa pilihan di atas, tentunya ada lagi kesempatan lain yang dapat diambil, tapi dalam kesempatan ini belum terbersit di benak saya. Rencananya tulisan ini akan saya update seiring dengan adanya informasi baru ya.


Salam sehat dan semoga bermanfaat.




Referensi:

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page