top of page
  • Writer's pictureAdrian Tambunan

Apakah boleh pakai sembarang masker?

Tentunya sekarang kita banyak melihat orang menggunakan masker ketika keluar rumah, tetapi perlu diingat, bahwa tidak semua jenis masker efektif dalam mencegah penyebaran virus Covid-19 yang sedang santer sekarang ini. Ada masker yang "gaya" dan warna-warni, ada masker kain, masker kertas, dan banyak lagi. Secara garis besar, tabel berikut dapat menunjukkan efektivitas beberapa jenis masker secara lengkap :

Seperti yang terlihat, masker kain tidak membantu sama sekali dalam memfiltrasi udara yang kita hirup. Jadi bisa disimpulkan efeknya terhadap Covid-19 bisa dikatakan hampir 0. Sedangkan masker bedah yang memiliki 3 lapisan, cukup efektif untuk filtrasi udara. Meskipun efektivitasnya diutamakan pada bakteri dan penyebaran melalui droplet. Pada kasus penularan melalui udara, efektivitasnya berkurang(tetap ada perlindungan walau tidak maksimal). Pada orang non-medis yang lingkup kehidupannya tidak berkutat di RS, masker ini sudah cukup efektif untuk mengurangi risiko tertular, dan mencegah penularan ke orang lain jika sedang sakit.

Terakhir, masker N95. Sesuai dengan reputasinya, masker ini sangat efektif untuk mencegah masuknya virus ke saluran pernapasan(filtrasi ukuran 0.3 mikron). Jadi, bagi orang yang kesehariannya berkutat interaksi dengan penderita positif Covid-19, maka diwajibkan menggunakan masker ini. Ingat! Diwajibkan ya, bukan sekedar disarankan. Karena seperti sebelumnya dibahas, penggunaan masker bedah biasa tetap memiliki risiko penularan melalui udara, meskipun risikonya berkurang drastis dibandingkan dengan masker kain.

Begitupun, kalau hanya dari tabel di atas, tentunya tetap ada teman-teman yang ragu dengan efektivitas masker tersebut. Untunglah sudah ada video yang membandingkan efektivitas kedua masker, berikut saya sharing screenshot-nya ya:

Selang yang kita lihat terhubung ke masker adalah alat yang menghitung partikel yang melewati filtrasi masker.

Hasilnya. Tampak leakage atau kebocoran yang terjadi cukup rendah. Dari skala 100, kebocoran pada masker bedah biasa hanya 8.4%, sementara pada respirator 0.2%. Apakah 8.4% angka kebocoran yang cukup tinggi? Tidak, karena itulah masker bedah masih disarankan penggunaanya, tetapi, jika petugas kesehatan bekerja non-stop dengan pasien Covid-19, dan dia mendapatkan kebocoran 8.4% tersebut terus menerus? Nah, untuk kasus seperti inilah digunakan masker N95 untuk memperkecil risiko.

Begitupun, faktor tertular yang terkadang membuat orang lengah adalah hal yang kelihatannya sepele, yaitu kebiasaan menyentuh hidung, mulut, ataupun mata baik karena gatal ataupun murni kebiasaan. Kalau sudah mencuci tangan, masih mending, tapi kalau belum? Maka kuman yang seharian kita kumpulkan di tangan akan langsung masuk ke metabolisme kita. Kalau ini terjadi? Yah, percuma saja pakai masker, buang-buang uang aja bro. Jadi, jangan heboh langsung memborong masker N95 ya teman-teman, itu diutamakan kepada petugas medis. Gunakanlah masker biasa, rajin mencuci tangan, dan paling penting hindari menyentuh wajah dengan jari tangan.

Satu lagi, beberapa pengendara sepeda kenalan saya mengatakan di luar negeri sudah banyak diproduksi masker pesepeda dengan standard N95. Saya konfirmasi ulang dan ternyata betul. Ini contohnya:

Jadi, selain masker yang saya sebut di tabel pertama, ternyata ada pula masker non-medis yang menggunakan standard N95. Pada masker di atas, filternya dapat dibuang dan harus diganti baru secara rutin. Jadi, per standar N95, menurut saya ini sudah bagus sekali untuk memfiltrasi mikroorganisme.


Semoga bermanfaat dalam menjaga kesehatanmu ya.


Salam.


Referensi:

bottom of page