top of page
  • Writer's pictureAdrian Tambunan

Igrow: Sebuah Pengalaman Investasi (Lampu kuning)

Updated: Jun 7, 2022

Hola,


Tulisan pertama saya di tahun 2022 ini, semoga teman-teman pada sehat selalu. Dari posting sebelumnya, saya cukup gamblang menuturkan kepuasan saya dalam berinvestasi di Tanifund, meskipun saya sudah cukup lama juga investasi di Igrow. Saya menunda review Igrow dikarenakan proyeknya yg telat, saya berharap begitu solusinya ketemu saya akan bisa memberikan review positif. Tapi ternyata…. Tidak!

Saya sudah terdaftar di Igrow pada kuartal 3 tahun 2019 (wah, sudah 2 tahun lebih ya). Saat itu P2P masih bisa dihitung jari, dan OJK masih kelabakan memfollow up semuanya sehingga tidak semuanya tersaring. P2P produktif di bidang pangan masih bisa dihitung jari, antara lain Tanifund, Igrow, Vestifarm, Growpal, dan beberapa yg lain.

Igrow bisa dikatakan menarik minat saya karena sudah berkecimpung cukup lama di dunia P2P(sejak 2014), dengan latar belakang pendiri dan direksi yang mumpuni dan menurut saya kompeten di bidang ini.

Tanpa menunda lagi, saya menggunakan ”uang dingin” saya untuk berinvestasi di Igrow. Proses verifikasi data terbilang cukup simpel, cepat, dan tentunya sesuai regulasi OJK. Sampai penanaman dana juga lancar. Berhubung saat itu sedang hangat-hangatnya, proyek masih terbatas, jadi pilihan saya jatuh pada budidaya jagung dengan drip irigasi.

Pangan jagung dan olahannya banyak dikonsumsi oleh orang Indonesia, jadi menurut saya cukup reasonable kenapa saya memilih proyek ini. Proyek dimulai Agustus 2019, akan ada pembagian deviden per tahun hingga 2021. Dengan angka 17% per tahun, angka ini tentunya termasuk bagus untuk investasi jangka panjang.

Tidak bisa dipungkiri, kelebihan Igrow adalah rutin dalam memberikan laporan, dan disertai dokumentasi, jadi tampak mereka seolah-olah mem-follow up proyeknya dengan baik. Pada Agustus 2020, sesuai prospektus awal, saya mendapat pembagian hasil pertama.

Saat itu saya semakin percaya dengan Igrow, dan menanamkan modal kembali. Tapi kesalahan saya adalah menanam di proyek yg sama, padahal harusnya diversifikasi itu baik dengan menanam di beberapa proyek yg berbeda. Dan… seperti yang saya ungkapkan di atas, yang muncul adalah kekecewaan…

Penjelasannya atas keterlambatan yg terjadi memang detail, walau ada beberapa bagian yang tidak spesifik. Mungkin yang jadi pertanyaan kepada tim Igrow adalah, “kenapa proses penanaman yg tidak serentak” itu bisa terjadi? Bukankah harusnya ada yg memfollow up ke mitra? Pengawasnya di lapangan bagaimana?

Berbekal kekecewaan tersebut, saya mencari beberapa artikel dengan keyword “Igrow,” salah satunya yg saya temukan adalah artikel dimana sang CEO membela bahwa tanggung jawab Igrow hanyalah menjadi perantara, tidak bisa menjamin proyek berhasil. Hal ini memang betul, tapi seleksi dan pengawasannya bagaimana? Berbeda sekali dengan saingannya Tanifund yang bahkan membuat sistem asuransi demi ketenangan investornya. Dari pencarian saya juga sudah ketemu komunitas investor Igrow yang mengungkapkan kekecewaannya dengan manajemen Igrow.


Kesimpulan yang bisa saya ambil,

Kalau ada 1-2 proyek yang telat/gagal, itu nasib, tapi kalau > 5 proyek yang bermasalah, maaf, itu proses seleksi anda yang harus diperbaiki.”

Berbuntut kekecewaan terhadap Igrow, saya sempat berpikiran buruk, apakah Igrow dalam proses kabur seperti layaknya Vestifarm? Ternyata tidak, malah manajeman Igrow sedang dalam aura positif karena baru pindah ke lokasi baru.

Berbekal informasi ini, saya jadi sedikit tenang, dan harapan saya Igrow memang bersedia bertanggung jawab dengan proyek-proyeknya yang gagal. Penutup dari saya, sayangnya saya tidak bisa merekomendasikan investasi Igrow ke teman-teman sekalian. Untuk saat ini hindari hingga ada perbenahan di tubuh Igrow.


Salam dan tetap semangat berinvestasi ya.




Referensi:

  1. Pengalaman pribadi

  2. www.igrow.asia


bottom of page