Depresi, suatu kata yang sering kita dengar, baik saat bergaul maupun di sosial media. "Jangan hari ini bro, gue lagi depresi nih."
"Pacarku hari ini gak nelepon, jadi depresi."
Tetapi nihhh, ternyata banyak yang salah kaprah dengan satu istilah ini. Depresi tidak sama dengan stres, itu poin pertama yang harus kita ingat. Beberapa situasi yang membuat hatimu tidak nyaman dan jadi berpikiran negatif bisa dikatakan hanyalah stres. Sedangkan depresi adalah suatu kesehatan mental yang cukup serius. Adapun ciri-ciri khasnya adalah:
Rasa sedih yang terus menerus
Tidak adanya keinginan melakukan hal yang menghibur
Gangguan tidur
Gangguan makan
Sulit dalam berkonsentrasi
Sekilas kita lihat, gejala-gejala itukan cukup umum di kala stres ya. Tetapi poin yang harus dicatat adalah terus-menerus. Manusia umumnya mempunyai memiliki mood yang naik-turun, dan itu normal. Orang yang bersemangat di pagi hari, akan merasa panik saat terlambat berangkat ke tempat kerja, kembali tenang begitu tiba, senang ketika bersosialisasi dengan teman kerja yang disukai, merasakan tekanan ketika berkomunikasi dengan bos, rileks saat jam istirahat, lelah saat jam-jam akhir sebelum pulang kerja, dan menanti saatnya pulang ke rumah. Siklus seperti itu normal, karena setiap impuls yang terjadi dalam kegiatan harian kita dapat mengubah mood kita.
Perlu diingat bahwa tiap individu menghadapi impuls yang sama dengan cara yang berbeda-beda, seorang ekstrovert akan senang ketika bersosialisi bersama teman-teman kerja, sedangkan introvert ada kalanya justru merasa berat setiap harus bersosialisasi dengan teman-teman kerja yang baginya kurang dekat. Begitupun dalam lingkungan kerja, seorang workaholic mungkin lebih bisa menikmati pekerjaan yang dilakoninya dibandingkan dengan staf muda yang menganggap pekerjaan hanya sarana untuk mendapatkan uang demi bersenang-senang.
Dari 2 poin di atas, kita simpulkan bahwa mood itu kan bisa dan malah harusnya berubah-ubah, nah, bagaimana seandainya mood seseorang itu sedih berkepanjangan? Setelah bangun tidur menangis, sarapan sedih, tempat kerja bermuram durja, pulang kerja sedih, malam hari stres tidak bisa tidur. Ini sudah contoh yang tidak normal, berbagai impuls harian tidak berefek sama sekali ke mood, pada beberapa kasus, pola seperti ini sudah dapat dikategorikan sebagai depresi. Meskipun kategori depresi oleh psikolog akan lebih dalam lagi, pada kesempatan ini saya menyederhanakannya dengan "orang yang merasakan keputus asaan secara terus menerus sehingga mereka tidak dapat berfungsi normal dan menikmati hidup sehari-hari."
Untuk mudahnya, bayangkan saja saat kita memakan makanan enak, tentunya hal ini akan meningkatkan mood kita, tetapi teman kita yang depresi seolah seperti mati rasa ketika mengonsumsi bahkan makanan favorit mereka. Impuls positif tersebut seperti tenggelam akibat besarnya impuls negatif yang memicu terjadinya depresi pada teman kita tersebut. Makanan pun hanyalah satu contoh, contoh lain seperti kumpul dengan teman-teman, liburan, melihat hal lucu, banyak hal positif lain yang tidak akan memberikan efek positif seperti layaknya orang normal kepada teman kita yang mengalami depresi.
Dari penjelasan di atas dan pemicu depresi yang telah kita diskusikan, akan ada yang berpikir "berarti depresi penyakit orang susah ya kak? Asal semua kebutuhan terpenuhi gak mungkin depresi ya kan?" Tapi ternyata tidak juga, bahkan orang yang terkenal dan rasanya uangnya tidak habis 7 turunan pun ternyata tidak lepas dari ancaman depresi.
Depresi bisa menyerang siapa saja, aktor, penyanyi, pegawai, wirausahawan, bahkan anak sekolah sekalipun tidak luput dari ancaman depresi. Bahayanya adalah, depresi sulit dikenali kecuali orang sekitar teman kita tersebut sangat dekat atau sensitif terhadap perubahan mood teman kita yang mengidapnya. Raut muka yang sedih, ekspresi datar di kala melakukan hal menyenangkan, sulit tidur, beberapa hal tersebut bisa menjadi penanda depresi tetapi akan sulit dikenali jika teman kita tersebut tidak memiliki banyak teman ataupun orang tua/orang yang serumah dengannya tidak sensitif.
Sampai sekarang, banyak yang masih menganggap remeh depresi, padahal tanpa penanganan yang tepat, depresi sama berbahayanya dekat penyakit fisik lain. Sudah terbayang kemungkinan terburuk dari depresikan? Bunuh diri. Perasaan putus asa tanpa akhir yang dialami teman kita akan membuatnya semakin terpuruk, tanpa adanya intervensi akan berujung pada teman kita merasa tidak punya harapan hidup, hal inilah yang membuatnya mengambil keputusan mengakhiri hidupnya sendiri.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat penanganan depresi sebenarnya cukup sederhana, bisa berupa konseling dengan keluarga, curhat dengan teman, konsultasi dengan profesional(psikolog). Pengobatan atau terapi psikis seperti ini sama pentingnya dengan terapi fisik, karena membantu kualitas hidup manusia. Untuk beberapa kasus ekstrim ada beberapa obat-obatan yang bisa dikonsumsi, tapi ini sudah ranah dokter kejiwaan.
Untuk teman-teman kita yang depresi, sebaiknya kita menghindari tindakan yang seolah-olah meremehkan situasi mereka. Kata-kata seperti "ah, baru masalah gitu, gue dulu bla bla bla." Ini sangat tidak membantu ya, sudah sepatutnya kita lebih berempati dan memberikan mereka kesempatan untuk menceritakan masalah yang sedang mereka hadapi.
Stop perundungan! Lebih empatilah ke sekitar! Hentikan bullying baik di lingkungan sekolah maupun di sosial media.
Semoga tulisan saya bisa menjadi sedikit pembuka untuk meningkatkan awareness teman-teman sekalian terhadap depresi. Mari membantu teman-teman kita yaaa!!!
Salam dan semoga sehat selalu, baik fisik maupun mental.
Referensi:
Comments